Kamis, 29 Maret 2012

Teman yang pantas buat Clarissa

Kata orang, hotel di Malang itu angker. Clarissa sih, tidak percaya. Hotel itu memang sudah tua dan banyak barang antiknya, tetapi malah menarik. Clarissa paling suka pada lukisan gadis berkebaya putih. Ia adalah Oie Hui Lan. Orang terkaya di Indonesia zaman dulu. Satu-satunya orang Indonesia yang begaul dengan putri-putri di Eropa.!
Clarisa membayangkan asyiknya berteman dengan Hui Lan. Tidak seperti teman-teman SD-nya yang baru ini. Mereka norak-norak, tak ada yang secantik dan sekaya Clarissa. Tak ada yang pantas berteman dengannya.
Bahkan, dalam darmawisata ke Malang ini, Clarissa rela membayar dua kali lipat agar dapat tidur sendirian di kamarnya. Sekarang pun ia memilih  menyendiri di hotel daripada pergi dengan teman-temannya. Walau sebenarnya, ia kesepian.
"Hei, pena kamu jatuh," sapa suara di belakangnya. Clarissa menoleh dan melihat seorang anak seusia dengannya menyodorkan pena. Anak itu cantik sekali, walaupun wajahnya agak pucat. Bajunya terlihat kuno, tetapi bahannya dari sutera asli. Gelang yang dipakainya juga bagus sekali. Jelas terlihat kalau anak itu kaya.
Anak itu bernama Hanny , tinggal tak jauh dari hotel. Ia masih keturunan Oei Hui Lan! Ia suka mengunjungi lukisan  Hui Lan di hotel itu. Clarissa senang sekali. Ini dia teman yang pantas buatnya! Digandengnya tangan anak itu dengan ramah. Sebentar saja, mereka sudah akrab mengobrol.
Clarissa mengajak Hanny ke kamarnya untuk bermain IPad. Namun, sebelum mereka sempat beranjak, datang teman-teman sekelasnya, Glenda, Murni, dan Arfan.
"Hanny!" panggil Glenda riang.Ternyata mereka sudah lebih dulu berteman. "Glenda! Ini kubawakan set ular tangga antik yang aku janjikan," sambut Hanny ramah. Tanganya mengeluarkan mainan ular tangga yang bagus sekali. Dadunya dari kayu. Orang-orangnya berupa patung-patung kecil bergaya Eropa. Ada patung pangeran dan patung putri.
"Bagus kan? Yuk kita main!" ajak Hanny. Ia langsung duduk dan mengatur permainan itu. Glenda, Arfan, dan Murni ikut duduk. Ufh, sebelnya Clarissa, ternyata Hanny mau bermain dengan mereka. Sambil cemberut, berpaling hendak pergi, tetapi Hanny mencegah.
"Ikut main dulu yuk. Nanti kalau sudah, kita main IPad," bujuk Hanny. Clarissa terdian. Bosan juga kemana-mana sendirian. Lagipula mainan ular tangga Hanny sangat menarik. Akhirnya dia mengangguk.
Ternyata, Glenda itu lucu, komentar-komentarnya membuat temen-temennya tertawa. Suasana semakin meriah, saat Arfan mengeluarkan kamera digitalnya dan memulai memotret-motret mereka.
"Uh...kamura murahan," gumam Clarissa. "Arfan, potret aku dan Clarissa dong," Pinta Hanny, tangannya merangkul Clarissa. "Ayo senyum, Clarissa!" kata Hanny sambil menarik pipinya agar membentuk senyuman. Tanpa disadari, Clarissa merasa nyaman bersama teman-temannya. Mereka bermain dengan riang.
Setelah bermain beberapa kali, Hanny menggamit tangan Clarissa,"Yuk, kita main IPadmu sebelum tidur." "Wah kamu punya IPad, Clarissa? keren!" Glenda mengangkat kepala dengan mata bersinar. "Asyik! kita bisa langsung upload foto-foto tadi ke Facebook!" sambar Arfan. "Eeeeh iya..."ucap Clarissa, terpaksa mengajak Glenda, Murni, dan Arfa ke kamarnya.
Di kamarnya, internet tak kunjung terhubung. Smabil menunggu, mereka bermain games yang ada di IPad. Akhirnya internet tersambung, tetapi Hanny malah buru-buru pamitan. "Eh, tunggu dulu, Han, siapa nama panjangmu? Biar kami bisa men-tag fotomu di Facebook," kata Clarissa, mengejar Hanny yang sudah sampai pintu.
"Haninditya Wahyuningsih! Sudah ya. Daaah!" Ucap Hanny sebelum menghilang di lorong hotel. " Clarissa, sini deh!" Panggil Arfan dari dalam kamar. Clarissa kembali ke dalam kamar dan Arfan menunjukan hasil-hasil fotonya. Kamu tahu, di semua foto itu tidak ada Hanny! Bahkan, di foto Hanny dan Clarissa berdua, Clarissa tambak tertawa sendiri. Glenda, Murni, Arfan, dan Clarissa saling berpandangan bingung.
"Anak-anak, sedang apa? belum tidur?" Tiba-tiba Bu Nina muncul di depan pintu Clarissa bersama Bu Tini, penjaga hotel.
"Iya, bu, sebentar lagi. Kami cuma lagi bingung, kok, Hanny engga ada di foto, sahut Arfan. "Hanny?" tanya Bu Tini yang tampak sangar terkejut. "Haninditya Wahyuningsih?" "Iya bu, itu nama panjangnya," jawab Clarissa. "Astaga, Hanny kan putri ibu yang sudah meninggal!" Seru Bu Tini. "Haaaaaaaaaaaahhhh???" semua terkejut. Sementara itu, si depan lukisan Oie Hui Lan, Hanny tersenyum ke arah lukisan. "Hehehe..engga apa-apa ya, aku ngaku-ngaku jadi keturunan kamu sebentar. Habis kalau engga, Clarissa mana mau temenan sama aku. Tapi sekarang, Clarissa sudah mau berteman dengan yang lain!"
Sssttt...itu memang benar. Saking takutnya habis bertemu hantu, Clarissa mau tidur sekamar dengan Glenda dan Murni. Dan ternyata, tidur sekamar dengan mereka itu menyenangkan!
Semburat sinar  bulan menyinari wajah Oei Hui Lan. Tampak sebentuk senyuman muncul di situ.

diambil dari Majalah Bobo :)

Kalau Ini Kita~


Yang kuning Mella

Yang hijau Shania

Yang  biru Melly

Yang  pink Lidya

diary guru


Menjadi seorang guru itu tidak mudah seperti apa yang dipikirkan murid. Andai semua muridku tau itu.  Mungkin aku bukan seorang guru yang memiliki selera humor tinggi. Aku tau itu. Tapi tujuanku Cuma satu. Ingin murid-muridku bisa menjadi lebih pintar dariku. Setiap masuk kelas banyak murid-muridku yang tertidur. Lelah, aku menangis didalam hati. Tapi aku terus berjuang. Terus berusaha membuat murid-muridku senang untuk belajar. Berbagai cara telah aku coba. Mungkin ini yang dimasud dengan penyesuaian. Aku, guru pindahan dari sekolah lain. Aku ingin terlihat bersemangat agar murid-muridku juga bisa belajar dengan baik. Ulangan pun tiba. Inilah waktunya melihat hasil jerit payahku. Tapi, tidak memuaskan bagiku. Aku mencoba lebih dari yang sebelumnya, menggunakan prinsip lainnya. Dan syukurlah. Doaku terkabul, sudah mulai berkurang jumlah siswa yang remedial. Ejekan takku hiraukan. Kau tahu muridku? Aku ini dulunya hanya seorang kuli. Ya kuli. Tapi aku tidak pernah putus asa untuk belajar, belajar, dan belajar. Allah selalu ada buat orang yang berusaha. Aku hanya mau muridku tidak terjerumus oleh kata males. Aku ingin melihat murid-muridku menjadi orang besar. :)