Selasa, 27 Maret 2012

aku untuk ayah

Zara adalah gadis desa yang cantik dan pintar. Dia tinggal di sebuah rumah yang sederhana bersama ayahnya, ibunya sudah meninggal semenjak dua tahun yang lalu karena sakit yang dideritanya.

Hari ini adalah hari pertama Zara duduk di kelas 3 SMA. Zara ingin sekali meneruskan kuliahnya di luar negeri. Namun rasa ingin itu hanya dapat dia simpan di dalam hatinya, karena faktor ekonomi. Ayah Zara yang hanya bekerja sebagai pedagang buah di pasar, tidak mampu untuk membiayai sekolah Zara sampai ke luar negeri. Zara bersekolah di SMA negeri di dekat rumahnya, dia dikenal sebagai siswi yang berprestasi. Sering kali dia menjadi juara satu di kelasnya.

Mata Zara tidak berhenti melihat ke papan pengumuman. Dilihatnya selembaran kertas yang berisi pengumuman lomba olimpiade matematika tingkat nasional. Melihat berita tersebut, Zara langsung mendatangi wali kelasnya untuk mendapatkan informasi lebih jelas. Zara ingin sekali mengikuti lomba itu.

Setelah Zara mendatangi wali kelasnya dan mendapatkan beberapa informasi, dia langsung mendaftarkan dirinya untuk mengikuti olimpiade tersebut. "Kapan olimpiade-nya aka diadakan bu?" tanya Zarra ke bu Retno wali kelasnya. "Sekitar 3 minggu lagi Zara, ibu harap kamu dapat memenangkan olimpiade itu" jawab bu Retno. "Iya bu, saya akan berusaha untuk memenangkan olimpiade tersebut" ucap Zara optimis.

Sepulang sekolah, Zara mengabarkan berita tadi di sekolah kepada ayahnya. "Ayah, Zara mau ikut olimpiade matematika tingkat nasional" ucap Zara kepada ayahnya yang sedang duduk di depannya. "Wah, bagus itu. Kalau begitu kamu harus rajin berlatih supaya menang" jawab ayah, sambil mengusap lembut kepala putrinya itu. "Rencananya olimpiade itu akan diadakan di Jakarta yah" jelas Zara. "Dengan siapa kamu kesana?" "Sama bu Retno yah, uang pendaftaran, transport sama makan juga sudah ditanggung sama sekolah, jadi ayah ga perlu khawatir" ucap Zara. "Ayah, pasti doakan kamu, semoga kamu berhasil ya. Tapi ingat, kalau kamu belum berhasil kamu tidak boleh putus asa. Harus tetap semangat!" tegas ayah kepada Zara. "Iya ayah, Zara janji, Zara pasti selalu ingat kata-kata ayah barusan"

3 minggu kemudian. . .
Zara terlihat sangat tegang ketikan ingin pergi dari rumahnya. "Zara, ayo semangat! kamu harus optimis, kamu pasti bisa" ucap ayah menyemangati Zara. "Iya yah, ayah yakin ga mau ikut ke Jakarta?" tanya Zara. "Tidak perlu, ayah cukup menyemangati kamu dari sini aja, soalnya ayah harus tetap berjualan untuk kebutuhan kamu juga" jelas ayah. "Ya udah kalau begitu, Zara pergi dulu ya yah, ayah hati-hati di rumah" ucap Zara sesaat meninggalkan rumah. "Iya, kamu juga hati-hati ya di sana, jangan lupa sholat" pesan ayah. "Assalamualaikum yah" ucap Zara sambil mencium tangan ayahnya. Waalaikumsalam, hati-hati ya nak"

Sesampainya di sekolah, tidak lama Zara menaiki mobil pak Yono kepala sekolahnya, dan langsung pergi ke jakarta.
"Zara, semangat ya" ucap bu Retno sebelum Zara memulai perlombaan. "iya bu, terimakasih"

Perlombaan sudah selesai, dan pengumuman pemenang pun akan segera diumumkan. Zara memang tidak mendapatkan juara satu, dia mendapat juara tiga, namun dari pihak panitia ada yang menawarkannya masuk unversitas di Inggris dengan jalur prestasi. Tanpa berpikir panjang, Zara menerima tawaran itu. Karena hal itulah yang diinginkannya selama ini.

Hari ini Zara akan pulang ke rumahnya dengan membawa kabar gembira untuk sang ayah.
Zara teus berjalan memasuki pedesaan menuju rumahnya. Zara memang membawa kabar gembira, tetapi entah mengapa perasaan tidak enak menghampiri dirinya begitu dia melihat ramai-ramai di rumahnya.
"Pak, kenapa ini kok rame ya? ada apa?" tanya Zara kepada salah seorang bapak-bapak yang ada di depan rumahnya. "Emm itu Zara, bapa kamu. . . tadi kecelakaan di pasar, beliau meninggal" "Hah. . . ga mungkin ayah meninggal, ayah belum mendengar kabar baik ini" tangis Zara pun pecah, dia berlari ke dalam rumah, dan benar, dia melihat ayahnya sudah terbujur kaku. "Ayaaah, ayah ga boleh pergi, Zara udah ga punya siapa-siapa lagi, Zara ga mau ayah pergi yaaah, ayah belum lihat Zara jadi sarjana" ucap Zara sambil terus menangis melihat ayahnya yang kini sudah tidak bernyawa lagi.
Tiba-tiba ada seorang ibu-ibu menghampiri Zara dia adalah bu Marni tetangga Zara. "Zara, sudah ya yang sabar, kamu harus ihklas kan kepergian ayah kamu. Dan ini ayah kamu menitipkan surat ini sama ibu" ucap bu Marni sambil memberikan surat yang dibawanya. Dibacanya surat itu yang berisi.

Zara, maafkan ayah kalau ayah tidak bisa menuruti keinginanmu untuk kuliah di luar negeri
Tapi ayah yakin, pasti kamu bisa menuruti kemauanmu itu dengan usaha kamu sendiri
Ayah memang bukan orang sukses, tapi ayah ga mau kalau lihat anak ayah yang cantik ini seperti ayah
Kamu ga boleh kaya ayah, kamu harus bisa menjadi orang yang dikenal dunia, orang yang sukses
Ayah yakin kamu bisa melakukan itu
Zara, maafin ayah kalau ayah pernah berbuat salah sama kamu, tapi ayah lakukan itu untuk kebaikan kamu
Hari ini ayah merasa lelah sekali, rasanya Allah sudah mengharapkan ayah untuk beristirahat dengan tenang
Sekali lagi, maaf kan ayah kalau ayah ga bisa membahagiakan kamu

6 tahun kemudian. . .
Kini Zara sudah menjadi orang yang sukses, dan dikenal banyak orang atas kesuksesannya
ayah ini hadiah untuk ayah di surga, ayah. . . aku untuk ayah :)
Love you Ayah

putri-putri










diambil dari Yahoo.com :)

Sahabat selamanya

dua tiga kapal berlayar di samudra, ayo sahabatku kita bergembira, bermain bernyanyi bersama menikmati indahnya dunia, karena sahabat untuk selamanya bersama untuk selamanya, kau dan aku sahabat, untuk selamanya setia. Berakit-rakit kita ke hulu berenang-renang kita ke tepian, kita berbeda untuk saling mengisi segala kekurangan kita, mencari sahabat untuk selamanya atasi semua perbedaan, kau dan aku sahabat, untuk selamanya, selama-lamanya setia, Tak ada bukit yang terlalu tinggi untuk kita daki bersama, dan tak ada laut yang terlalu dalam untuk di selami.Sahabat untuk selamanya bersama untuk selamanya, kau dan aku sahabat , untuk selamanya setia :)

Alanis♡


Hari ini adalah hari yang sangat membosankan bagi Alanis, di pagi yang cerah ini alanis justru bersedih karena untuk yang kesekian kalinya ia harus mendengar pertengkaran mama dan papanya. Keluarga Alanis memang bukan keluarga yang harmonis, mama dan  papanya kerap kali bertengkar. Alanis sudah bosan dengan suasana seperti ini, di usianya yang beranjak remaja Alanis merasa bahwa jalan hidupnya sangatlah buruk, tidak seperti teman-teman Alanis yang selalu mendapat perhatian dari orangtuanya di masa remajanya.
Untung saja ada Kirana sahabat terbaik Alanis yang selalu ada dalam suka dan duka, Kirana adalah sahabat Alanis sejak mereka duduk di bangku SMP. Alanis selalu menceritakan kisah hidupnya pada Kirana, begitu juga Kirana.
¯¯¯
“Papa... Kamu yang selalu pergi dan pergi, sampai-sampai kamu tidak pernah memperhatikan keluargamu!!!” Terdengar suara bentakan mama Alanis. Alanis yang mendengar perkataan itu segera keluar dari kamar dan melihat apa yang telah terjadi.
“Apa-apaan kamu, hanya bisa menyalahkanku, apa kamu ngga sadar kalau selama ini kamu selalu bermain api dibelakangku...!” Balas papa Alanis membentak mama Alanis.
Alanis yang memperhatikan kejadian itu dari jauh hanya bisa menangis, dengan apa yang dilakukan kedua orangtuanya itu. Dulu mama dan papa Alanis sangat harmonis bahkan masa kecil Alanis adalah waktu yang paling membahagiakan dalam hidup Alanis, semenjak adik Alanis lahir, Trian. Kedua orangtua Alanis jadi sering bertengkar. Mama Alanis jadi sering keluar malam bersama lelaki lain, papanya selalu sibuk dengan bisnisnya. Meskipun kebutuhan materil Alanis dan Trian sangat memadai namun mereka selalu bersedih karena mereka adalah seorang anak yang kurang mendapatkan perhatian dari orangtuanya. Alanis selalu merasa kasihan dengan Trian, di usianya yang masih sangat muda Trian harus merasakan betapa hancurnya menjadi seorang anak yang terlahir dari keluarga broken home. Terkadang Alanis merasa bahwa adiknya sangatlah malang, dulu saat Alanis berusia 6 tahun ia sangat merasa bahagia karena merasakan betapa indahnya keluarga harmonis itu, namun Trian, sejak lahir Trian tidak pernah merasakan betapa indahnya perhatian dari mama dan papa. Sejak Trian bayi, Trian selalu dirawat oleh pengasuh, dan mungkin saja Trian tidak tahu betapa indahnya belaian mama dan papa.
Trian kakak janji kakak akan selalu menyayangi dan menjagamu di sepanjang hidup kakak... Ucap Alanis dalam hati seketika mengusap air mata yang membasahi pipinya.
Sudah menjadi kebiaasan Alanis, setiap kali mama dan papanya bertengkar Alanis selalu pergi ke rumah Kirana untuk mencari ketenangan, namun sebelum itu Alanis ingin menemui Trian di kamarnya.
Tok...tok...tok... Alanis mengetuk pintu kamar Trian.
“Trian ini kaka...” Alanis memangil adiknya untuk membukakan pintu.
“Kak Alanis...” Sahut Trian sambil membukakan pintu.
Lalu Alanis-pun masuk ke kamar Trian.
“Trian lagi apa? Kok pintunya dikunci” Tanya Alanis pada adik yang paling disayanginya itu.
“Trian takut ka...” Jawabnya dengan polos.
“Trian takut apa? Ada kakak di sini, kakak akan selalu menjaga kamu Trian” Ucap Alanis sambil membelai halus kepala Trian.
“Mama sama papa berantem lagi ya kak?” Ucapnya.
Alanis merasa dunia ini terlalu kejam untuk Trian dan dirinya, kasihan Trian di usianya yang baru 6 tahun, ia harus selalu merasa takut setiap kali mama dan papanya bertengkar.
“Trian, mama sama papa ngga berantem kok, mama sama papa cuma lagi...” Alanis memotong perkataannya karena dia bingung apa yang akan diucapkannya, untuk menjelaskan kepada adiknya.
“Cuma apa kak?” Tanya Trian kepada Alanis.
“Ngga kok, udah ya Trian kamu jangan mikirin itu lagi, sekarang kamu main aja sama bibi kaka mau pergi ke rumah kak Kirana” Ucap Alanis sambil beranjak pergi.
Kasihan Trian selalu merasa takut setiap kali mama sama papa bertengkar ucap Alanis dalam hati.
¯¯¯
“Alanis...” Ucap Kirana melihat kedatangan Alanis.
“Lo pasti udah tau kan kenapa gue dateng ke sini, sory ya gue selalu dateng ke lo setiap kali gue lagi sedih” Ucap Alanis seketika Kirana membuka pintu rumahnya.
“Ya ampun Alanis, lo ngapain sih pake ngga enak segala sama gue, kita itu kan sahabat, ya wajarlah kalau sahabat itu saling membutuhkan” Lanjut Kirana sambil memegang pundak Alanis.
Lalu Alanis menceritakan semua keluhannya pada sahabatnya itu, bagi Alanis hanya Kirana lah orang yang paling mengerti kisah hidupnya, dan bagi Kirana hanya Alanis lah yang selalu bisa ceria dalam setiap masalahnya, buktinya seusai Alanis menceritakan masalahnya Alanis langsung mengajak Kirana untuk bersepeda di sore yang indah ini.
“Ran, lo tau ngga kenapa setiap kali gue sedih gue selalu minta untuk lo nemenin gue bersepeda?” Tanya Alanis kepada Kirana saat mereka sedang bersepeda.
“Emm...Kenapa?” Tanya Kirana pada Alanis.
“Soalnya...” Ucap Alanis, “Setiap kali gue bersepeda, gue selalu disamperin angin, dan saat gue dekat dengan angin gue selalu merasa hidup ini nyaman banget, makanya gue suka banget bersepeda”
“Weesss.... ucapan orang bijak nih” Ucap Kirana meledek temannya itu.
Semakin Alanis menggayuh sepedanya semakin ia merasa hidupnya sangat tenang, menikmati pemandangan yang indah, hatinya berkata...
Seandainya aku adalah burung, aku akan terbang kemana-pun aku mau, dan seandainnya aku adalah hujan aku akan pergi dan mendatangkan pelangi, agar aku bisa menjadi pelangi sebuah guratan yang biasa namun indahnya luar biasa...
“Alanis....awas...” Kirana berteriak untuk menyadarkan Alanis dari lamunannya.
“Aw...” Alanis terjatuh dari sepedanya, ia menabrak seorang pria yang sedang duduk di bangku taman sambil membaca sebuah buku dan mendengar musik dari ipod-nya.
“Lo ngga kenapa-kenapa?” Tanya pria itu sambil menjulurkan tangannya untuk membantu Alanis bangun.
“I...Iiiya...gue ngga kenapa-kenapa kok, thanks ya” Wajah Alanis memerah karena terpesona oleh pria itu.
“Aduh Lan lo sih ngga hati-hati” Ucap Kirana sambil membangunkan sepeda Alanis.
Sepertinya Alanis jatuh hati pada pandangan pertama oleh pria itu, pria itu sangat lembut dan penuh perhatian, buktinya walaupun Alanis telah menabraknya, ia tetap bersikap sopan bahkan menolong Alanis yang terjatuh di hadapannya.
Pria itu beranjak pergi, dan...
“Tunggu...” Alanis menahan pria itu untuk tidak pergi.
“Kenapa? Ada apa lagi?” Tanya pria itu pada Alanis.
“Buku lo ketinggalan” Ucap Alanis gugup.
“Oh oke, thanks ya” Ucapnya dengan nada suara yang melelehkan hati Alanis.
“Al, lo baik-baik aja kan?” Tanya Kirana melihat sahabatnya senyum-senyum tak menentu.
“Eh, tunggu-tunggu....” Teriak Alanis sambil berlari mengejar pria itu.
“Kenapa? Ada yang ketinggalan lagi?” Tanya pria itu sambil tersenyum tipis.
“Ngga kok...” Ucap Alanis.
“Terus...?” Tanya pria itu menanti perkataan apa yang akan diucapkan Alanis.
“Emm, gue cuma mau nanya...” Ucap Alanis gugup.
“Iya, nanya apa?” Ucap pria itu menanti perkataan Alanis.
“Al, lo mau ngapain sih?” Bisik Kirana pada Alanis, yang bertingkah laku aneh.
Alanis berfikir, masa cewe duluan yang minta kenalan...?
“Hey, lo mau ngomong apa sih?” Tanya pria itu kembali pada Alanis.
“Ngga jadi deh, sory ya gue lupa....” Ucap Alanis salah tingkah.
Lalu pria itu-pun pergi kembali, langkahnya semakin jauh dan jauh, kini Alanis tidak lagi mengejarnya.
“Aduh Al sumpah ya tadi lo aneh banget...” Ucap Kirana.
“Yah padahal gue cuma mau kenalan sama dia tapi gue ngga punya nyali” Ucap Alanis pada Kirana.
Tidak lama kemudian pria itu muncul kembali, dan....
“Hey sory ya, emm gue cuma mau nanya, nama lo siapa?” Tanya pria itu.
“Hah... oh iya-iya, gue Alanis” Ucap Alanis gugup dan salah tingkah.
“Al biasa Al nyantai” Bisik Kirana pada Alanis.
“Kalau lo?” Tanya Alanis pada pria itu.
“Gue Dika” jawab pria itu yang bernama Dika.
“Hey Dik, kenalin ini temen gue Kirana” Ucap Alanis memperkenalkan Kirana.
“Halo, Dika gue Kirana” Sapa Kirana pada Dika.
“Hey...” Ucap Dika membalas sapaan Kirana.
Bagi Alanis ini adalah hal yang sangat menyenangkan, hatinya kembali berbunga-bunga dan penuh asmara setelah kepergian Jonathan (mantan pacarnya) dan keterpurukannya pada masalah keluarganya.
Dika memberikan sebuah kertas burung dan berkata,
“Al gue suka sama cewe kayak lo, kalau kita jodoh kita pasti ketemu lagi, ini buat lo. Gue juga punya kertas burung kayak gini, di dalamnya ada sebuah puisi yang terpotong dan lanjutannya ada di kertas burung punya gue. Gue harap lo bisa simpen baik-baik ya, kalau lo belum punya pacar lo ambil kertas burung ini”
Tanpa berfikir lama Alanis-pun mengambil kertas burung itu.
Ini adalah hal yang tidak pernah Alanis duga, Alanis yakin kalau Dika adalah pria yang selama ini dia nanti, Alanis berjanji akan selalu menjaga kertas burung ini sepanjang hidupnya.
“Ciye... Alanis, so sweet banget sih” Ucap Kirana.
“Apaan sih, Ran. Gue serasa lagi syuting drama korea nih” Ucap Alanis sambil tersenyum.
¯¯¯
Alanis menyimpan baik-baik kertas burung itu di dalam aquarium kecil, aquarium itu berisi barang-barang kesayangan Alanis. Semua barang kesayangannya sejak kecil ia simpan di aquarim itu. Alanis tersenyum melihat benda kecil itu, benda kecil yang sangat berarti. Namun Alanis bingung akankah ia bertemu kembali dengan Dika?
¯¯¯
Hari ini Alanis akan pergi ke sebuah rumah sakit untuk melakukan praktek, Alanis adalah seorang mahasiswi kedokteran di sebuah universitas di Jakarta. Setibanya Alanis tiba di rumah sakit itu Alanis segera menuju ruangan dr. Vero, seorang dokter yang akan menemani Alanis praktek, dokter Vero adalah dokter spesialis syaraf, Alanis bercita-cita menjadi dokter karena ia ingin menyembuhkan semua orang yang mengidap penyakit seperti dirinya, ya Alanis mengidap penyakit lemah jantung.
Ketika Alanis sedang menunggu dokter Vero di ruang tunggu tiba-tiba Alanis melihat Dika, ya Dika.
“Dika...” Alanis memanggil Dika yang berjalan menuju ruangan dokter Vero.
Dokter Vero melihat Dika datang ke ruangannya, dan melihat Alanis memanggil Dika, lalu dokter Vero berkata, “Alanis kamu kenal dengan Dika?”
“Iya dok, emangnya kenapa dok?” Tanya Alanis pada dokter Vero.
“Dika itu pasien saya, beberapa waktu yang lalu Dika mengalami kecelakaan dan dia mengidap amnesia sebagian” Ucap dokter Vero pada Alanis.
Melihat kedatangan Dika, Alanis-pun hanya bisa terdiam.
“Permisi dok, maaf saya telat” Ucap Dika kepada dokter Vero tanpa menyadari keberadaan Alanis.
“Hay Dik” sapa Alanis pada Dika.
“Sory, lo kenal sama gue?” Tanya Dika tanpa ia tahu bahwa Alanis adalah wanita yang ia berikan kertas burung yang bertuliskan puisi yang begitu romantis.
“Dika, lo...” Ucap Alanis, “Dok ternyata Dika ngga inget sama saya”
“Kamu baru kenal sama Dika?” Tanya dokter Vero pada Alanis.
“Iya dok, saya baru kenal Dika 5 hari yang lalu” Ucap Alanis.
Tidak lama kemudian Kirana datang.
“Alanis, lo ada di sini” Tanya Kirana.
“Iya Ran, gue mau praktek ada tugas dari kampus”
“Kirana...” Ucap Dika.
“Hah, Dika inget sama lo Ran” Ucap Alanis merasa aneh, Dika ingat dengan Kirana tapi tidak dengan Alanis.
“Dok, kok Dika kenal sama Kirana, padahal kita kenalannya bareng loh dok” Ucap Alanis merasa aneh.
“Tentu saja Dika mengenali Kirana, karena pada saat itu, Kirana-lah yang pertama kali dilihat Dika saat Dika siuman dari pingsannya, karena Kirana telah menolong Dika saat Dika mengalami kecelakaan” Jelas dokter Vero.
“Ran lo kok ngga kasih tau gue kalau Dika kecelakaan?” Tanya Alanis pada Dika.
“Sory, Al gue cuma ngga mau lo khawatir” Ucap Kirana merasa bersalah.
“Sory ya gue mau chek up dulu, Ran kamu temenin aku ya” Ucap Dika dan beranjak masuk ke ruangan dokter Vero sambil menarik tangan Kirana, mengajak Kirana untuk menemaninya chek up.
Tanpa sadar air mata telah menitih dan membasahi pipinya, hatinya sangat terpukul begitu ia tahu bahwa sahabatnya telah menikam dari belakang dan merebut Dika, pria yang disukainya pada pandangan pertama. Dunia begitu jahat pada Alanis mengapa tidak ada kebahagiaan untuk dirinya.
“Maaf dok, kayaknya saya ngga jadi praktek hari ini” Ucap Alanis yang tiba-tiba masuk ke ruangan dokter Vero, terlihat Dika sedang merangkul Kirana, jahatnya Kirana begitu tega melakukan ini semua pada dirinya.
Jantung Alanis terasa lemah, rasanya ia ingin sekali marah tapi ia bingung kepada siapakah ia melampiaskan amarahnya itu, harus kepada siapa lagi Alanis bersandar, mama dan papa tidak pernah peduli dengan segala masalah Alanis, Trian masih terlalu kecil untuk mengetahui masalah Alanis, Bersepeda tidak akan bisa menghapus rasa sakitnya yang begitu dahsyat, kini masalahnya bukan hanya mama dan papa tapi Kirana sahabat terbaiknya dan Dika pilihan hatinya.
Tiba-tiba ponsel Alanis berdering tertuliskan nomer rumah memangilnya.
“Halo...” Alanis mengangkat telepon itu.
“Non Alanis” Terdengar suara bibi dari ponselnya.
“Bibi, kenapa bi?” Alanis bingung mengapa bibi menelponnya.
“Non, Tuan sama Nyonya kecelakaan” Ucap bibi mengejutkan.
“Apa...?” Alanis terkejut.
Sesegera mungkin Alanis pulang untuk melihat keadaan rumah. Setibanya Alanis di rumah terlihat mobil polisi, dan ambulan terparkir di depan rumahnya.
“Kak Alanis...” Trian berteriak dan berlari menghampiri Alanis.
“Trian, ada apa? Mama sama papa kenapa?” Tanya Alanis pada Trian.
“Mama sama papa jatuh dari tangga kak” Jawab Trian sambil menangis dan memeluk Alanis.
“Apa...?” Alanis sangat terkejut, tangisnnya yang tadi hanyalah air mata kini semakin menjadi.
“Non Alanis Den Trian yang sabar ya, non mama sama papa non udah ngga ada” Ucap bibi sambil menangis dan mengusap kepala Alanis dan Trian.
“Bi ini ngga mungkin bi, bibi pasti salah” Ucap Alanis.
“Ngga non, mama sama papa non sudah berpulang ke rumah Allah” Ucap bibi merasa terharu.
“Kak maksud bibi apa? Mama sama papa meninggal?” Tanya Trian tak henti-hentinya menagis.
“Permisi dek, adek putri dari Bapak Taufik dan Ibu Kusuma?” Tanya seorang polisi pada Alanis,
“Iya pak, sebenarnya apa yang terjadi?” Tanya Alanis sambil menangis.
Jadi...
“Mama, kamu selalu saja dekat dengan lelaki lain”
“Apa? Kamu yang selalu sibuk dengan bisnismu itu”
“Aku melakukan itu semua untuk kalian semua, untuk anak-anakku dan kamu”
“Tapi kamu lebih sayang dengan bisnismu, dibandingkan keluargamu”
“kamu fikir, kamu sayang dengan keluargamu, bukannya kamu lebih sayang dengan selingkuhanmu...!!!”
“Ya sudah kalau kamu fikir aku lebih sayang dengan selingkuhanku, kenapa kamu tidak menceraikanku saja!!”
“Mama...!!!”
Lalu papa Alanis mendorong mama Alanis ke arah tangga, tanpa sengaja mama Alanis menarik tangan papa Alanis dengan reflek sambil mengucapkan LailahaillaAllah mama dan papa Alanis jatuh dari tangga, luka yang diderita mereka begitu berat, mereka mengeluarkan banyak darah dan pada akhirnya nyawa mereka tidak tertolong lagi...
¯¯¯
Tak henti-hentinya Alanis dan Trian menagis di depan pemakaman mama dan papanya, biar-pun mereka tidak pernah perduli dengan anak-anak mereka tetapi sesungguhnya di setiap waktu yang mereka miliki hanya untuk memikirkan anak-anak mereka. Kini Alanis sadar betapa sayangnya Alanis pada kedua orangtuanya. Manusia yang sangat berjasa dalam hidup Alanis adalah mama dan papa, bagi Alanis mama dan papa adalah pemberi kesempatan Alanis untuk merasakan betapa indahnya dunia bukan betapa kejamnya dunia.
Kini Alanis dan Trian tinggal bersama tante Rose, adik mama Alanis. Tante Rose sangat menyayangi Alanis dan Trian, tante Rose dan om Fandi memang tidak memiliki anak oleh karena itu mereka sangat menyayangi dan mengasihi Alanis dan Trian.
¯¯¯
Alanis sedang melakukan tugas di rumah sakit, kini ia telah menjadi sarjana dan akan menjadi calon dokter, sekarang Alanis sedang melakukan kuliah S2, ia bertemu Dika di rumah sakit namun ia tidak menyapanya karena ia tahu kalu Dika tidak mengenalinya.
“Hay..” Sapa Dika pada Alanis.
Alanis hanya tersenyum tipis pada Dika tanpa berkata apapun, Kirana terlihat datang dari arah loby.
“Hay Kirana” Alanis menyapa Kirana.
“Alanis, lo udah ngga marah lagi sama gue” Tanya Kirana pada Alanis.
“Ngapain gue marah sama lo, lo kan sahabat gue” Ucap Alanis sambil memeluk Kirana.
“Al gue kangen banget sama lo” Ucap Kirana.
“Gue juga, ciye yang sekarang jadi ibu manager, eksekutif muda dong” Ucap Alanis meledek Kirana.
“Apaan sih lo” Ucap Kirana.
Terlihat orang-orang berlari ke depan seperti panik tapi ada apa?
“Mas, mas ada apa sih mas?” Tanya Alanis pada salah satu OB di rumah sakit itu.
“Ada yang kecelakaan” Jawab OB itu.
“Apa kecelakaan...?” Alanis dan Kirana terkejut.
Lalu Alanis dan Kirana menuju ke luar untuk melihatnya....
“Dika...” Alanis dan Kirana terkejut.
“Gue ngga kenapa-kenapa kok, tadi cuma keserempet aja sama terbentur tembok, tapi gue ngga kenapa-kenapa” Terlihat Dika sedang berbicara dengan seseorang yang sepertinya temannya.
“Alanis...” Ucap Dika seketika ia melihat Alanis.
“Dika, lo kenal sama gue?” Tanya Alanis.
“Al lo masih simpen kertas burung dari gue?” Tanya Dika pada Alanis.
“Ran aneh ngga sih, masa tiba-tiba Dika kenal gue lagi” Tanya Alanis pada Kirana.
“Mungkin itu respon dari benturan tadi” Ucap Kirana.
“Oh iya-iya, gue masih simpen kok Dik” Ucap Alanis pada Dika.
“Al lo tau ngga, gue itu...” ucap Dika, “Gue suka sama lo, dan kayaknya gue cinta deh sama lo, lo mau ngga nikah sama gue” Ucap Dika mengejutkan.
“Apa?? Nikah, ngga pacaran dulu Dik?”
“Ngapain pacaran, kan waktu pertama kali kita ketemu gue bilang sama lo kalau kita jodoh kita pasti ketemu lagi” Lanjut Dika.
“Itu tandanya kalian jodoh” Ucap Kirana seketika.
¯¯¯
Hari ini Alanis sedang melakukan fitting gaun pernikahannya dengan Dika, besok Alanis akan menikah dengan Dika. Alanis bahagia sekali karena akhirnya ia bertemu dengan pujaan hatinya. Namun hati kecil Alanis berkata kalau mereka tidak akan bersatu. Alanis bingung, hatinya seperti sedih namun ia bahagia, seperti sepi namun ada Dika di hatinya apa maksud dari semua ini.
“Al, kayaknya gaun ini cantik banget ya dipakai sama kamu” Ucap Kirana ketika melihat Alanis memakai gaun pengantin berwarna putih yang begitu indah, di tambah dengan acessoris bunga dikepalanya menyempurnakan penampilan Alanis.
“Iya ya Ran oh iya kenapa lo ngga pakai gaun yang sama aja sama gue” Ucap Alanis.
“Lan, lan masa gue pakai gaun yang sama, sama pengantin” Ujar Kirana sambil tertawa kecil.
“Ya ngga kenapa-kenapa dong” Ucap Alanis, “Mba saya pesan gaun ini 2 ya”
¯¯¯
Malam ini Alanis merasa sangat tidak tenang, padahal besok adalah hari pernikahannya dengan Dika, entah kenapa Alanis merasa ingin sekali ia merapikan semua pakaiannya, ia merapikan kamarnya, dan ia tertidur setelah semuanya selesai.
Pagi ini adalah pagi yang sangat cerah Alanis pergi ke salon bersama Kirana dan tante Rose. Alanis merasa senang, namun entah mengapa rasa kesenangannya itu terasa berbeda.
“Alanis kamu cantik sekali, tante sampai pangling ngeliatnya” Ucap tante Rose pada Alanis.
“Lan ini kayaknya kita udah telat deh” Ucap Kirana.
“Iya, tapi Ran lo ganti baju dulu ya” Ucap Alanis.
“Ngapain Lan?” Tanya Kirana.
“Lo pakai ini ya...” Ucap Alanis sambil memberikan gaun yang sama dengan dirinya pada Alanis.
“Lan...”
“Ayolah Ran, sekali aja” Ucap Alanis memohon pada Kirana.
“Oke” Kirana menyanggupi.
¯¯¯
Alanis, Kirana, dan tante Rose pergi ke tempat pernikahan, waktu mereka sangat mendesak beberapa saat lagi acara pernikahan akan segera dimulai.
“Yah macet” Keluh Alanis.
“Aduh sabar ya Lan” Ucap Kirana menenangkan Alanis.
Dengan segeranya Alanis turun dari mobil, ia berlari dan berlari tanpa lelahnya Alanis terus berlari, sampai ia tiba di tempat pernikahan.
Dika menyambut hangat kedatangan Alanis.
“Alanis, kok kamu lari?” Tanya Dika pada Alanis sambil mengusap keringat Alanis.
“Dik aku mau ngomong sesuatu” Ucap Alanis pada Dika sambil menggemgam tangan Dika erat-erat.
“Kamu mau ngomong apa Lan?” Tanya Dika.
“Aku punya kertas burung buat kamu, tapi kamu boleh baca isi kertas burung ini kalau aku udah merasa gelap” Ujar Alanis sambil menunjukan kertas burung pada Dika.
“Maksud kamu apa?” Tanya Dika tidak mengerti.
“Dika kamu hanya boleh diam dan mendengarkan aku” Ucap Alanis.
“Oke siap...” Jawab Dika sambil tersenyum manis.
“Dika aku sayang banget sama kamu, aku juga cinta sama kamu, selain itu aku juga sayang banget sama Kirana, kalian berdua adalah seseorang yang aku sayangi. Kalau aku pergi nanti aku mau, kalian bersatu...”
“Maksud kamu apa Lan?” Tanya Dika.
“Dika kamu cuma boleh diam dan mendengarkan aku” Ucap alanis, “Aku tau kamu juga sayang sama aku, tapi aku juga tau kalau aku tidak akan pernah berjanji di depan penghulu, aku mau kamu menikah dengan seseorang yang sesaat lagi akan datang”
Tiba-tiba...
“Alanis... Acaranya belum dimulai?” Tiba-tiba Kirana datang, sambil berlari.
“Kirana...” Ucap Dika.
“Kamu boleh baca isi kertas burung ini kalau bintang sudah bersinar” Ucap Alanis.
“Kalau nanti ngga ada bintang?” Tanya Dika.
“Aku yakin malam ini pasti ada bintang, karena malam ini aku dan kamu butuh bintang. Kamu butuh bintang untuk syarat membaca isi kertas burung itu dan aku butuh bintang untuk menerangi kegelapanku” Ucap Alanis yang membuat Dika dan Kirana bingung.
“Wah Ran kamu cantik banget, Kirana kamu mau kan menikah dengan Dika” Ucap Alanis sambil mempersatukan tangan Dika dan Kirana.
“Alanis, lo...” Ucap Kirana, “Gue ngga ngerti sama rencana lo?”
“Ya ampun Ran, gue ngga punya rencana, gue cuma ngga mau kalau Dika baru menikah tapi dia langsung jadi duren” Ucap Alanis.
“Duren....?” Kirana dan Dika bingung.
“Duda keren” Ucap Alanis.
Lalu tiba-tiba Alanis mengajak mama papa Kirana dan Dika ke suatu tempat ditemani tante Rose, Alanis berbicara dengan apa firasat yang datang padanya pada mereka tanpa sepengetahuan Dika dan Kirana, setelah Alanis berbicara dengan mama papa Kirana dan Dika, Alanis mengajak Trian ke taman dekat tempat pernikahan.
“Kak, kakak mau menikah kakak ngapin ngajak aku ke sini?” Tanya Trian pada Alanis.
“Trian bukan kakak yang mau menikah tapi kak Kirana sama Kak Dika” Ucap Alanis pada Trian.
“Trian, Trian janji ya sama kakak Trian harus jadi anak yang hebat, Trian harus membanggakan tante Rose dan om Fandi yang udah sayang sama Trian, oh iya kakak mau ngucapin terimakasih sama Trian, Trian udah jadi adik yang paling baik, paling lucu dan paling perhatian sama kak Alanis. Terimakasih juga buat 12 tahun yang Trian kasih ke kakak, kakak sayang banget sama Trian, Trian jangan pernah merasa kesepian karena akan selalu ada mama, papa, dan kak Alanis di samping Trian. Trian harus selalu semangat dan jangan mudah menyerah, pokoknya Trian adalah sesuatu yang paling berharga buat kakak” Ucap Alanis pada Trian, lalu seketika Alanis memeluk hangat adik kesayangannya itu.
“Kak, Trian juga sayang sama kakak, Trian janji akan ngelakuin semua yang kakak ucapin tadi” Ucap Trian sambil mengusap air mata kakak tercintanya itu.
¯¯¯
Akhirnya Dika menikah dengan Kirana, acara pernikahan ini dihiasi oleh air mata tanpa tersadar Alanis telah tiada, Alanis telah menyusul mama dan papanya, dengan rasa tenang Alanis pergi meninggalkan orang-orang yang disayanginya...
Selamat tinggal Trian, Kirana, Dika, Tante Rose, Om Fandi. Terimakasih untuk semua kasih dan sayang yang kalian berikan untukku. Tante Rose, Om Fandi aku titip Trian ya, Trian udah janji sama aku dia akan membanggakan kalian... Alanis telah pergi untuk selama-lamanya.
¯¯¯
Ternyata benar malam ini bintang-bintang bertaburan dengan indahnya, Dika akan membaca isi kertas burung itu...
Hay Dika dan Kirana happy wedding ya...
Kalian harus jadi keluarga yang harmonis biar anak-anak kalian bangga memiliki mama dan papa seperti kalian, jangan pernah bertengkar di hadapan anak-anak kalian, jangan pernah terlihat sibuk dengan urusan kalian sendiri di depan anak kalian, karena pasti anak-anak kalian ngga akan pernah ngerti betapa perhatiannya kalian pada anak-anak kalian, aku sayang banget sama kalian. Dika maafin aku ya aku sempet bikin kamu bingung dan tidak boleh berkata-kata, Dika aku tau kok semenjak kamu lupa ingatan sebenarnya orang yang kamu cintai itu bukan aku tapi Kirana, kamu mencintai Kirana semenjak Kirana merawat dan memperhatikan kamu selama kamu lupa ingatan, tapi setelah kamu sadar dan ingat semuanya, kamu hanya ingin menepati janji kamu ke aku untuk menjadikan aku jodoh kamu, makasih ya kamu udah jadi orang yang tepat janji.
Kirana maaf ya waktu itu aku marah sama kamu, dan aku menjauh dari kamu selama itu aku cuma merenung, untuk apa aku marah sama kamu, kamu ngga salah kok, karena sebenarnya jodoh Dika itu kamu bukan aku...
Malam ini bintang bersinar begitu indahnya, mereka sangat bahagia melihat kebahagiaan kalian...
Salam sayang Alanis Permata
Setelah membaca isi kertas burung itu Dika tersenyum, Kirana-pun tersenyum mereka sangat menyayangi Alanis, dan sangat menyayangi Alanis
Nikmati indahnya bintang-bintang di langit ya Al... Ucap Dika dalam hati.
Kamu bersinar terang bersama bintang-bintang itu Al... Ucap Kirana dalam hati.
Aku akan menyinari malam kalian, seperti bintang-bintang itu menyinari kegelapanku... Ucap Alanis dari kejauhan. 
EPILOG
“Mama, kata guruku arti namaku apa?”
“Nama kamu itu adalah nama seseorang yang sangat hebat, kuat, dan baik hati sayang”
“Iya, nak. Nama kamu itu adalah nama yang sangat indah, indah sekali seperti bintang-bintang di langit sayang”
“Jadi arti nama Alanis Permata itu bagus ya ma, pa”
“Tentu sayang, karena kamu Alanis Permata, kamu adalah permata hati kita, permata hati mama dan papa”
¯¯¯
“Tante, om... Trian dapet beasiswa ke Jerman”
“Trian kamu hebat sayang mama, papa, sama kak Alanis pasti senang di alam sana”
“Iya tante”
“Om juga bangga punya keponakan kayak kamu, kamu pasti bisa jadi orang hebat”
“Makasih ya om, tante udah mau ngerawat dan mendidik Trian selama ini”
“Iya Trian, makasih juga kamu udah menjadi anak yang membanggakan untuk om dan tante”
¯¯¯
Makasih ya... Kalian sudah menepati janji kalian padaku, kalian memang sangat berharga, aku sayang kalian semua... Alanis


nothing

Sekolah di SMP Bina Insani Bogor itu seru banget. Guru-gurunya, temen-temennya semuanya asik. Komplit banget lah, ada seneng, sedih, lucu, memalukan, dll. Ga akan bisa dilupakan deh, apalagi kalo lagi ngumpul bareng temen-temen. Kadang suka ngayal kalo si Aliya lagi ngomongin Gama, tiba-tiba nanti pas reunian dia dateng sama gama, eh anaknya item-putih gitu ya, mungkin lucu. Hehehe maaf Aliya. Terus suka ngeledekin satu sama lain, ah pokonya perfekto banget lah masa-masa sekarang ini. Tapi ada yang belum lengkap... yaituuuu apa itu? ya gitulah :)

Rumah Mia :)


For You ( ◦˘ З(◦'ں')

My true friend, lost the memory of
On the day we share
With a million boxes a dream, I'm coming toward you
I show all my possessions
We always think we are the greatest
Pride in the beautiful youth
I was the king of kings you
I'm black and you were black
Meaning friends more than just material
Hold the shoulder, never disconnect
When I was tired ... tired and not shine
Squeeze the wings, never disconnect
If I want to fly ... fly to leave
I was always proud of you, you were always flattering me
Me and you are immortal blood
For the sake of playing together, we emphasized all
Our freedom, our independence
We never think about
This trip ends
We need not consider
The end of this trip

The Wacky Adventures of Ronald McDonald: Scared Silly (1/4)


Sahabat. Song♫

Jangan sia-siakan waktumu
Yuk, kita mulai petualangan hati
Berhentilah bermimpi, kejar cita-cita
Sahabat....
Walau badai dan topan menderu
Walau awan kelabu membelenggu
janganlah putus asa, hadapi bersama
Sahabat.... ( ◦˘ З(◦'ں')

@ mekdi mall jogya memperingati ultah kembar #1





Untuk Hari Ini

Terbenam di ujung barat, terlihat segores cahaya mentari. Hari ini telah hampir berakhir, tak terasa detik demi detik telah aku lalui. Hariku adalah anugerah terindah yang Allah berikan padaku. Entah apa yang aku lakukan hari ini, yang pasti belum pantas untuk membalas anugerah yang Allah berikan untukku.

ayah


ayah, emm... ya ayah. Orang yang jarang marahin kita, jarang buat kita sedih, Cuma kalo udah marah, bikin sakit hati banget. Biasanya sih gara-gara sepele doang aja, kia bisa sakit hati. Ya itulah ayah. Kita suka nangis didalam hati karena ayah. Melihat perjuangan dia yang gapernah nunjukin kelelahannya. Yang selalu bikin kita kangen. Suka nangis kalo liat ayah sakit. Suka nangis kalo liat ayah gapernah libur untuk istirahat. Cuma aku ga bisa nunjukin kesedihan aku. Ayah yang selalu manggil aku kalo subuh-subuh suka ga bangun, dan gapernah berhenti buat manggil aku. Panggilan itu Cuma bisa berenti kalo aku udah ngambil air wudhuJ  sayang banget deh sama ayah. love you dad:D

burger McD


enak nih :9


McD ♥


Manusia


Saat hari-harinya kelam, dia merasa bahwa hidup di dunia ini tidak adil. Tetapi, saat dia merasakan hari yang sangat mengesankan, disitulah dia mengatakan bahwa hidupnya sempurna.
Manusia, mahkluk yang tak kenal kata puas. Padahal telah mendapatkan segalanya. Manusia hanya dapat meminta tanpa bisa bersyukur dengan tulus. Manusia hanya dapat menyalahkan takdir atas kesalahan yang telah diperbuatnya. Tanpa berpikir jernih, manusia hanya mengandalkan emosinya untuk mengatur kendali hidupnya.
Jati diri seseorang, terbentuk atas apa yang terlihat di sekelilingnya. Manusia akan baru menyadari apa yang telah terjadi, jika semua itu telah berubah menjadi sebuah penyesalan.
Waktu akan terus berlalu tanpa memikirkan apapun yang ada di sekelilingnya. Hanya pikiran manusia yang dapat melihat waktu di masa lalu. Tetapi bukan manusia yang dapat melihat waktu di masa depan.
Manusia tidak pernah terpikir bahwa hari ini adalah hadiah terindah untuknya. Manusia tidak pernah tersadar bahwa hari kemarin adalah pelajaran terpenting dalam hidupnya. Dan manusia tidak pernah mengira bahwa hari esok adalah misteri hidup sebenarnya.
Saat apa yang sedang dilakukan manusia adalah hal yang mengesankan dalam hidupnya, maka hal itulah yang akan selalu diingatnya. Tetapi, saat apa yang sedang dilakukan oleh manusia adalah hal yang tidak menarik menurutnya, maka disitulah sesungguhnya manusia telah menyiakan hidupnya.
Satu detik yang mengesankan menurutnya adalah waktu yang terlalu cepat baginya. Dan satu detik yang tidak menarik adalah waktu yang terlalu lama untuknya.
Tanpa tersadar, sebenarnya manusia mampu untuk mengubah, satu detik mengesankan terasa menjadi 3.600 detik apabila dia tidak terlalu menikmatinya dengan berlebihan. Dan tanpa tersadar, sesungguhnya manusia mampu untuk mengubah, satu detik membosankan terasa menjadi menyenangkan apabila dia membayangkan satu detik tersebut adalah satu detik yang tidak begitu buruk untuknya.
Ketika manusia berkata “Aku mampu dan aku akan berusaha” maka perkataan itulah yang akan menjadi tekad hidupnya untuk menjadi dasar semangat hidupnya.
Ketika manusia berkata “Aku tidak bisa dan aku takut untuk mencoba” maka perkataan itulah yang akan membuat hidupnya tidak mampu hidup dalam kehidupannya.