"Ayah, sepatu sekolahku sudah jelek, sedangkan teman-temanku memakai sepatu yang bagus. Aku malu ayah!!"
"Maafkan ayah nak, ayah belum punya cukup uang untuk membeli sepatu baru untukmu"
"Bukankah ayah setiap hari bekerja? membelikan sepatu untukku saja ayah tidak mau!!"
Sesungguhnya ia selalu ingin mewujudkan keinginan kita, namun harus bagaimana jika benar-benar tidak bisa...
"Nak, kamu masih marah sama ayah? Maafkan ayah ya nak, suatu saat nanti ayah pasti belikan sepatu untukmu"
"Suatu saat? kapan? ayah memang tidak pernah ingin melihat aku bahagia!!"
Kebahagiaan kita adalah kebahagiaannya, dan kesedihan kita adalah kesedihannya...
"Nak, lihat apa yang ayah bawa?"
"Wah ayah..."
"Ini sepatu baru untukmu, kau simpan baik-baik ya nak"
"Iya ayah, terimakasih"
Ia selalu mengharapkan suasana seperti ini, Kebahagiaan...
Dan ketika...
di pondok kecil, bulan purnama, malaikat izrail, memanggil ayah
ku ambil kain putih, kututup muka ayah, sambil menangis sedih
tersedu-sedu
Disaat itulah, ayahnya pergi untuk selamanya
"Ayah maafkan aku, aku selalu membuatmu susah, dan tidak pernah mengerti keadaanmu"
Dan itulah kesedihan yang sesungguhnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar